Sejarah Tugu Triangulasi

08 Januari 2020 08:59:05 WIB

Budaya_TUGU TRIANGULASI (Jalakan, Triharjo, Pandak, Bantul)

Di Puncak Pegunungan Sepikul yang secara administratif terletak di Dusun Jalakan, Kelurahan Triharjo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat sebuah Tugu Triangulasi. Menurut sumber setempat, tugu tersebut dibuat atau dibangun pada zaman penjajahan Belanda. Menurut tulisan berhuruf Jawa yang diteriakan di tembok pintu masuknya dapat diketahui bahwa tugu yang menjadi tanda titik triangulasi ini dibangun pada tanggal 18 Juli 1917.

Tugu Triangulasi dengan ketinggian sekitar 130 cm ini diberi pengaman berupa pagar tembok dengan ketinggian sekitar 150 cm. Luas tenbok pengaman sekitar 7,5 m x 7,5 m. Tugu ini pada bagian tengahnya berisi satu batang tembaga dengan diameter sekitar 3 cm. Tembaga ini diberi pengaman berupa lapisan tembok dengan ukuran sekitar 80 cm x 80 cm dan ketebalan lapisan tembok tersebut sekitar 15 cm.

Sekalipun tugu ini berada di Triharjo, Pandak, Bantul banyak orang yang tidak tahu apa sebenarnya fungsi dari Tugu Triangulasi ini. Mengapa tugu itu justru dibangun di puncak bukit di tengah rimbunan hutan (saat itu). Saat itu keberadaan Tugu Triangulasi ini demikian terpencil.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, pada waktu itu mencari tempat yang paling tinggi untuk menentukan arah mata angin, untuk mencari titik koordinat dihitung menggunakan hukum Sinus. Trianggulasi digunakan bidang pemetaan, navigasi, metrologi, astrometri, binokular, dan pendidikan senjata artileri bisa jadi pembuatan peta-peta di Jogja pernah juga menggunakan formasi tugu Trianggulasi dan perkembangan jaman sebagai tempat peziarah.

Titik triangulasi yang “ditetapkan” dengan pendirian Tugu Triangulasi ini hanya dimengerti oleh orang-orang yang biasa berkecimpung dengan urusan ukur tanah, pemetaan, dan sebagainya. Menurut Wikipedia, triangulasi adalah mencari titik koordinat dan jarak sebuah titik dengan mengukur sudut antara titik tersebut dan dua titik referensi lainnya yang sudah diketahui posisi dan jarak antara keduanya. Koordinat dan jarak dihitung dengan menggunakan hukum Sinus. Triangulasi sendiri banyak digunakan dalam bidang pemetaan, navigasi, metrologi, astrometri, binokular, dan pembidikan senjata artileri. Barangkali oleh karena fungsinya yang demikian itu, bisa jadi pembuatan peta-peta di Jogja pernah juga menggunakan fungsi Tugu Triangulasi di Pandak ini.

Di Jogja mungkin tidak banyak terdapat tugu semacam itu. Tugu Triangulasi di Jalakan, Triharjo, Pandak ini merupakan sesuatu yang cukup langka atau mungkin satu-satunya di Jogja. Tempatnya yang terpencil dan tersembunyi di puncak bukit dalam naungan kerimbunan pepohonan menyebabkan keberadaannya tidak dapat cepat diketahui orang. Sosoknya memang bukan untuk tujuan popularitas atau supaya dikenali oleh banyak orang. Keberadaan Tugu Triangulasi ini lebih dimaksudkan untuk memudahkan kinerja bidang-bidang yang telah disebutkan di atas.

Pada perkembangannya, entah karena apa, Tugu Triangulasi ini di puncak bukit di Pandak ini justru sering didatangi orang dengan kepentingan untuk ziarah. Tidak jelas benar apa kaitan Tugu Triangulasi dengan kepentingan peziarahan yang lebih mengacu kepada fungsi dan tujuan-tujuan yang berkaitan dengan daya-daya adikodrati itu. Mungkin hal demikian terjadi karena ketidakmengertian atau ketidaktahuan dari orang yang melakukan peziarahan. Namun di samping itu, pada perkembangannya kemudian Tugu Triangulasi ini juga sering didatangi orang dengan tujuan melihat-lihat dan untuk memenuhi rasa penasarannya. Maklum sosoknya mungkin tidak akrab di penglihatan banyak orang.

(Narasi Sejarah Tugu Triangulasi : file terlampir atau dapat kita lihat di link berikut https://youtu.be/S9fhcDamHNQ)

Dokumen Lampiran : Sejarah Tugu Triangulasi


Komentar atas Sejarah Tugu Triangulasi

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Komentar
Isikan kode Captcha di atas
 

Pengumuman

Pemilihan Lurah Desa Tanggal 14 Oktober 2018

Kalender

Mbangun Desa

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Jumlah Pengunjung

Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License